x_3c151c33

Rabu, 23 Maret 2011

ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM ISLAM

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Islam adalah agama yang syumul (menyeluruh). Segala hal telah ada aturannya sendiri dalam Islam. Bahkan dalam berkomunikasi pun telah diatur oleh Islam. Tahu sendiri kan?  Kalau wanita itu juara dalam bahasa. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya miscomunication ada beberapa point yang perlu diperhatikan. Let’s know it!
Merendahkan intonasi suara
Imam Hasan Al-Bana pernah mengatakan,” janganlah mengangkat atau meninggikan suaramu di atas kebutuhan orang yang mendengarnya. Sesungguhnya tindakan seperti itu merupakan ru’unah (kekacauan dalam kepribadian) dan sesuatu yang sangat menyakitkan baginya”.
Ya, pastinya kita semua tidak suka jika ada seseorang yang berbicara dengan nada yang tinggi bukan? Mungkin dalam pikiran kita bertanya-tanya apa yang salah dengan kita, kok orang ini marah-marah (padahal tidak,) atau malah kita yang marah karena dianggap tuli? Hehe, tuh kan? Jadi salah paham.
So, memang lebih baik kalau kita merandahkan intonasi suara. Selain untuk menghindari hal-hal di atas, ternyata merendahkan intonasi suara ketika berbicara merupakan sikap terpuji yang menandakan bahwa pelakunya memiliki adab yang baik, keyakinan diri yang tinggi, serta cenderung benar dan mantap dalam kata-kata yang diucapkannya.
Jadi mari mulai dari sekarang mari berlatih berbicara dengan intonasi yang pas, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Kalau terlalu rendah malah dikira sedang bisik-bisik. Si penulis juga lagi belajar kok. Hehe. (nyadar kalau ternyata selama ini dirinya kasar sekali).
Memerhatikan dengan seksama
Ingat! Perhatikan dengan baik. Janganlah menganggap remeh orang yang berbicara dengan kita, menganggapnya bodoh, dan lebih rendah dari kita. Sombong sekali jika kita seperti itu!  Padahal dalam Al Hujurat: 11, Allah melarang kita untuk mengolok-olok orang lain karena bisa jadi orang tersebut lebih baik dari kita. Selain itu juga, apa salah satu dari kita ada yang berani menanggung resikonya (bonyok, babak belur gara-gara gaya kita kaya nantangin gitu. Gak keren banget. Hihi..makanya jangan suka cari perkara).  Lebih baik menghormati lawan bicara kita sehingga bisa semakin mempererat tali ukhuwah.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud hadist yang berbunyi sebagai berikut, “Ummul mukminin Aisyah ra. Berkata, ‘Saya pernah meniru-nirukan (gerakan dan gaya) seseorang. Melihat tindakan saya itu, Rasulullah saw. menegur  saya dan berkata, “Demi Allah, saya tidak suka meniru-nirukan (gerakan dan gaya) orang lain (yang mengundang tawa) karena saya lebih sibuk mengintrospeksi diri”.
Nah lo! Ada yang masih suka seperti itu? ayo lekas diubah ya.  Caranya dengan tersenyum kepada teman bicaramu (seikhlas mungkin),  tunjukan simpatimu terhadap kesulitan-kesulitannnya, dan jadilah pendengar yang baik.
Tidak memotong pembicaraan
Nah yang satu ini, sering tanpa sadar dilakukan. Teman kita belum selesai berbicara, kemudian kita langsung nyerocos  seenak hati. Padahal mungkin saja teman kita hanya butuh didengarkan. Oleh karena itu alangkah lebih baik menjaga lisan kita, sampai orang lain selesai bicara. Jangan mentang-mentang tidak sesuai dengan pendapat kita, kemudian kita langsung memotongnya. Biarkan dia menyudahi ucapan-ucapannya. Barulah setelah itu kita menyampaikan tanggapan-tanggapan kita.
Mendengarkan sesorang yang kamu sayangi merupakan salah satu cara paling sederhana untuk menunjukan pada orang itu bahwa kamu peduli.